Minggu, 03 Juni 2012

SEJARAH KOTA KENDAL


   sepenggal sejarah :: 












Nama Kendal diambil dari nama sebuah pohon yakni Pohon Kendal. Pohon yang berdaun rimbun itu sudah dikenal sejak masa Kerajaan Demak pada tahun 1500 - 1546 M yaitu pada masa Pemerintahan Sultan Trenggono. Pada awal pemerintahannya tahun 1521 M, Sultan Trenggono pernah memerintah Sunan Katong untuk memesan Pusaka kepada Pakuwojo.Peristiwa yang menimbulkan pertentangan dan mengakibatkan kematian itu tercatat dalam Prasasti. Bahkan hingga sekarang makam kedua tokoh dalam sejarah Kendal yang berada di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu itu masih dikeramatkan masyarakat secara luas. Menurut kisah, Sunan Katong pernah terpana memandang keindahan dan kerindangan pohon Kendal yang tumbuh di lingkungan sekitar. Sambil menikmati pemandangan pohon Kendal yang nampak "sari" itu, Beliau menyebut bahwa di daerah tersebut kelak bakal disebut "Kendalsari". Pohon besar yang oleh warga masyarakat disebut-sebut berada di pinggir Jln Pemuda Kendal itu juga dikenal dengan nama Kendal Growong karena batangnya berlubang atau growong.Dari kisah tersebut diketahui bahwa nama Kendal dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah atau daerah setelah Sunan Katong menyebutnya. Kisah penyebutan nama itu didukung oleh berita-berita perjalanan Orang-orang Portugis yang oleh Tom Peres dikatakan bahwa pada abad ke 15 di Pantai Utara Jawa terdapat Pelabuhan terkenal yaitu Semarang, Tegal dan Kendal. Bahkan oleh Dr. H.J. Graaf dikatakan bahwa pada abad 15 dan 16 sejarah Pesisir Tanah Jawa itu memiliki yang arti sangat penting.

AND inilah saat2 aku meranyaka kelulusan ku bersama teman-teman ku

kita slamanya

Bisnis Kulit Pari Bisa Reguk Rp30 Juta per Bulan







JAKARTA - Di saat kerajinan kulit mulai banyak dijadikan lahan usaha, mungkin usaha yang satu ini patut Anda coba. Kerajinan kulit ikan pari. Walaupun tak sedikit pula yang berbisnis di pasar ini, namun diakui salah satu pengrajin tersebut, omzet dari bisnis ini sangat menjanjikan.
“Biarpun banyak yang main, namun omzetnya bagus,” ujar salah satu pengrajin kulit pari took Romi Andre, Tanzil Indrianto, saat ditemui okezone, beberapa waktu lalu, di JCC Senayan, Jakarta.
Berkat bisnis ini, lanjutnya, dirinya meraih penghasilan bersih per bulannya tak kurang dari Rp30 juta walaupun dengan modal secukupnya. Sementara bahan kulit pari tersebut didapatkannya dari sejumlah pedagang kulit pari di Muara Angke Jakarta, Tuban, Pekalongan, dan paling banyak didapatkannya dari pekalongan.
Untuk bahan kulit pari paling kecil berukuran enam sampai tujuh cm harganya minimal Rp35 ribu. “Itu masih mentah dan belum disamak (proses kulit agar menjadi berwarna),” ujar pria yang telah ikut program pameran Mitra Binaan Bank Mandiri selama dua tahun ini.
Dengan modal tersebut, lanjutnya, dia lalu dapat memproduksi berbagai jenis produk kerajinan kulit pari mulai dari dompet, ikat pinggang, dan sebagainya dengan harga jual antara Rp300 ribu-Rp1,5 juta.


Namun, diakuinya untuk menjalankankan bisnis ini, ia tetap menemui kendala walaupun pasarnya bagus. Kendala pertama adalah sulitnya mencari pengrajin yang mengerjakan dan menjahit kulit pari tersebut. “Karena teknik pengerjaannya berbeda dengan kulit sapi, ini jauh lebih sulit. Jarang yang bisa,” terangnya.
Selanjutnya, kendala yang kedua adalah modal. Dirinya memang mengakui walaupun telah memperoleh modal dari Bank Mandiri sebesar Rp20 juta, namun dirinya merasa masih sangat kurang.
“Karena kita kan masih harus beli mesin jahit untuk menjahit kulit pari tersebut. Dan karena kulit pari jauh lebih keras dibandingkan kulit sapi maka mesin jahitnya harus yang berkualitas baik. Minimal produksi Korea Tidak bisa memakai buatan China,” jelasnya.


Menurutnya, jika hitung-hitungan modal idealnya, ia menilai Rp100 juta saja masih belum cukup. Hal ini karena harga per satuan mesin jahitnya sekira Rp5 juta.
Untuk menyiasati terbatasnya modal, maka ia membentuk perusahaan patungan bersama kedua rekan bisnisnya. Wawan Purnomo yang memiliki toko di Banyudono Boyolali, Agung yang bertempat di Karawaci Tangerang dan dirinya sendiri yang memiliki toko di Ciumbeulit Bandung.

Selain itu, dirinya juga menyiasati dengan tidak hanya menjual kulit pari saja tetapi juga kulti ular dan kulit sapi. Untuk kulit sapi dibelinya minimal per 500 squarefeet dengan harga Rp15 ribu per squarefeet-nya. “Tetapi masih lebih cepat laku kulit pari. Soalnya bahannya unik dan banyak digemari konsumen,” tambahnya.
Produknya tersebut sudah merambah pasar ke luar pulau Jawa melalui beberapa cutomer di Bali, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan Lampung.



“Untuk pasar ekspor lagi dalam tahap proses penjajakan ke Amerika Serikat (AS) dan kita juga telah mengirimkan beberapa sample ke Jepang. Mudah-mudahan kita bisa segera dapat suntikan modal lagi dari pemerintah,” (sumber okezone.com)

SaKiT

Hatiini benar-benar terasa sakitt
Ku berikan hati ku untuk mu
Namun kenapa???? 
Kau berikan hati mu kepadanya


Aku tak tau????
Memang apa salah ku????
Sampai-sampai kau dua kan diriku


Kau pergi dengannya
kau tinggalkan aku si sini
Dengan rasa sakit
Sakit yang sangat begitu dalam